Situs Berita Pet Care Dan Peliharaan Tercintamu

cozypetsitting

Bulan: Oktober 2025

6 Perilaku Anjing dan Artinya yang Perlu Pet Lovers Pahami, Kenali Bahasa Tubuhnya!

6 Perilaku Anjing dan Artinya yang Perlu Pet Lovers Pahami, Kenali Bahasa Tubuhnya!

Bagi para pecinta hewan, terutama pemilik anjing, memahami perilaku dan bahasa tubuh mereka itu wajib banget. Anjing nggak bisa bicara dengan kata-kata seperti manusia, tapi mereka punya cara sendiri buat menunjukkan perasaan, baik itu senang, takut, cemas, atau bahkan sayang. Kadang, hal kecil seperti posisi ekor atau tatapan mata sudah bisa jadi sinyal penting dari suasana hati mereka.

Mengetahui arti di balik perilaku anjing juga membantu kamu untuk lebih peka terhadap kebutuhan dan kenyamanan mereka. Selain itu, kamu bisa menghindari salah paham yang berpotensi bikin anjing merasa stres atau defensif. Yuk, kita bahas satu per satu perilaku umum anjing dan maknanya!

1. Mengibas-ngibaskan Ekor: Bukan Selalu Tanda Bahagia

Banyak orang mengira kalau ekor yang bergoyang otomatis berarti anjing sedang bahagia. Padahal, tidak selalu begitu! Gerakan ekor punya banyak arti tergantung dari kecepatan kibasan, posisi ekor, dan konteksnya.

  • Ekor bergoyang cepat dan tinggi: menandakan antusiasme atau kegembiraan, biasanya saat melihat pemiliknya atau saat mau diajak jalan-jalan.

  • Ekor sejajar dengan tubuh dan bergerak pelan: anjing sedang waspada, mungkin merasa penasaran dengan sesuatu.

  • Ekor di antara kaki: tanda ketakutan atau rasa tidak aman.

Jadi, jangan langsung menyimpulkan anjingmu bahagia hanya karena ekornya bergerak, ya. Perhatikan ekspresi wajah dan situasi di sekitarnya juga.

2. Menggoyangkan Badan dan Mengibaskan Bulu Setelah Dielus

Pernah lihat anjingmu menggoyangkan seluruh badannya setelah kamu elus atau peluk? Banyak orang mengira itu karena geli atau lucu, tapi sebenarnya ini cara mereka “melepaskan ketegangan”.

Anjing sering menggoyangkan badannya setelah kontak fisik intens untuk menyeimbangkan kembali energi atau menunjukkan bahwa mereka merasa rileks. Perilaku ini mirip seperti manusia yang menarik napas panjang setelah mengalami sesuatu yang intens.

Kalau kamu sering melihat perilaku ini, itu pertanda bagus, artinya anjingmu merasa nyaman bersamamu dan bisa mengekspresikan dirinya dengan bebas.

3. Menjilat Wajah atau Tangan Pemiliknya

Anjing menjilat wajah atau tangan bukan hanya karena mereka “sayang”, tapi juga bentuk komunikasi yang dalam dunia anjing bisa berarti banyak hal.

Beberapa makna di balik perilaku menjilat antara lain:

  • Tanda kasih sayang: mereka menganggapmu bagian dari “paket” atau keluarganya.

  • Bentuk penghormatan: dalam kelompok anjing, anjing yang lebih muda atau dominan rendah sering menjilat yang lebih tinggi statusnya.

  • Menunjukkan empati: anjing bisa menjilatmu saat kamu terlihat sedih atau sakit, karena mereka mencoba menenangkanmu.

Namun, kalau menjilatnya berlebihan sampai membuatmu risih, sebaiknya dialihkan perhatiannya dengan mainan atau aktivitas lain agar tidak jadi kebiasaan obsesif.

4. Menggeliat dan Menunjukkan Perut

Anjing yang berguling lalu memperlihatkan perutnya sering dianggap minta dielus. Tapi, perilaku ini bisa punya dua makna tergantung konteksnya.

  • Jika tubuhnya rileks, ekor dan telinganya santai: itu tanda kepercayaan dan kenyamanan. Ia merasa aman dan menunjukkan sisi rentannya padamu.

  • Kalau tubuhnya kaku dan mata melebar: itu justru tanda ketakutan atau tunduk, bukan minta dielus. Dalam situasi ini, sebaiknya jangan langsung menyentuhnya.

Memahami perbedaan kecil seperti ini penting banget supaya kamu nggak salah respon dan bikin anjingmu tambah cemas.

Baca Juga:
7 Tanda Anjing Sakit yang Tidak Diketahui Banyak Orang, Jangan Sampai Terlambat!

5. Menatap Mata Pemiliknya Lama-Lama

Tatapan mata seekor anjing bisa mengungkap banyak hal. Kalau anjingmu menatap matamu dalam waktu lama dengan ekspresi lembut, itu bukan tantangan, melainkan bentuk kasih sayang dan rasa percaya.

Faktanya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketika anjing dan pemiliknya saling menatap dengan penuh kasih, kadar oksitosin (hormon kebahagiaan) di tubuh keduanya meningkat. Jadi, tatapan lembut dari anjingmu sebenarnya memperkuat ikatan emosional antara kalian berdua.

Namun, perlu diingat: kalau tatapan anjing disertai dengan tubuh kaku, bulu berdiri, atau ekspresi tegang, itu bisa jadi tanda ancaman atau dominasi. Dalam kasus seperti ini, hindari kontak mata langsung terlalu lama.

6. Menguap di Saat yang Tidak Biasa

Kamu mungkin berpikir anjingmu mengantuk saat menguap, tapi tahukah kamu bahwa anjing juga menguap sebagai respons emosional? Menguap bisa jadi tanda anjing sedang mencoba menenangkan diri saat merasa gugup, stres, atau bingung.

Misalnya, anjing bisa menguap saat kamu membentaknya, saat berada di tempat ramai, atau ketika ada hewan asing di sekitar. Ini cara alami mereka untuk meredakan ketegangan.

Lucunya lagi, beberapa anjing juga menguap karena “terpengaruh” manusia. Kalau kamu menguap dan anjingmu ikut menguap, itu bisa jadi tanda empati — artinya hubungan kalian cukup dekat secara emosional!

Bahasa Tubuh Adalah Kunci Komunikasi

Bahasa tubuh anjing bisa dibilang adalah “bahasa cinta” yang unik. Dari posisi ekor, tatapan mata, hingga cara mereka menjilat, semua punya arti tersendiri. Untuk kamu para pet lovers, memahami bahasa tubuh ini bukan cuma penting buat menjaga kenyamanan mereka, tapi juga membantu membangun hubungan yang lebih harmonis.

Dengan mengenali tanda-tanda kecil yang sering terlewat, kamu bisa tahu kapan anjingmu sedang bahagia, lelah, takut, atau sekadar ingin diperhatikan. Semakin kamu peka terhadap perilaku mereka, semakin dalam juga ikatan yang akan terjalin antara kamu dan sahabat berbulu kesayanganmu.

7 Tanda Anjing Sakit yang Tidak Diketahui Banyak Orang, Jangan Sampai Terlambat!

7 Tanda Anjing Sakit yang Tidak Diketahui Banyak Orang, Jangan Sampai Terlambat!

Sebagai pemilik anjing, kita sering kali berpikir bahwa selama mereka masih aktif, makan, dan wagging tail (mengibas ekor) dengan semangat, berarti semuanya baik-baik saja. Padahal, ada banyak tanda halus yang sebenarnya bisa jadi tanda anjing sedang sakit. Beberapa tanda ini bahkan sering di abaikan karena terlihat sepele, padahal kalau di biarkan bisa berakibat fatal.

Yuk, kita bahas satu per satu tanda-tanda anjing sakit yang sering nggak di ketahui banyak orang. Biar kamu bisa lebih peka terhadap perubahan kecil pada sahabat berbulu kesayanganmu.

1. Nafas Berubah, Terlalu Cepat atau Berbau Tak Sedap

Kalau anjingmu tiba-tiba bernafas lebih cepat dari biasanya, atau terlihat ngos-ngosan padahal tidak sedang beraktivitas berat, bisa jadi itu tanda masalah pada paru-paru atau jantung. Nafas cepat saat istirahat bukan hal normal, apalagi kalau di sertai lidah kebiruan atau gusi pucat.

Selain itu, perhatikan juga bau napasnya. Memang, bau mulut pada anjing sering di anggap “biasa,” tapi napas yang sangat bau bisa menandakan ada infeksi gigi, masalah pencernaan, atau gangguan ginjal. Jadi, jangan anggap sepele perubahan aroma napas anjingmu, ya.

2. Pola Makan dan Minum Berubah Drastis

Salah satu indikator paling mudah di lihat dari kesehatan anjing adalah selera makannya. Kalau biasanya rakus tapi tiba-tiba menolak makanan, itu pertanda ada yang salah. Bisa karena sakit gigi, gangguan pencernaan, atau bahkan stres.

Sebaliknya, kalau anjingmu tiba-tiba minum air terlalu banyak dari biasanya, itu juga bisa jadi tanda awal masalah serius seperti diabetes, gangguan ginjal, atau masalah hormon. Jangan tunggu sampai gejalanya parah, lebih baik segera konsultasi ke dokter hewan kalau ada perubahan pola makan atau minum yang tidak wajar.

3. Anjing Lebih Pendiam atau Terlihat Lesu

Setiap anjing punya kepribadian berbeda, tapi kamu pasti tahu kapan mereka terlihat “nggak seperti biasanya.” Kalau anjingmu tiba-tiba jadi pendiam, enggan bermain, atau lebih sering tidur, ini bisa jadi sinyal bahwa tubuhnya sedang berjuang melawan sesuatu.

Bisa saja mereka merasa kesakitan, demam, atau mengalami infeksi. Banyak anjing berusaha menyembunyikan rasa sakitnya secara alami karena naluri bertahan hidup mereka. Jadi, kalau kamu merasa ada perubahan kecil pada energi dan mood-nya, jangan di abaikan.

Baca Juga:
6 Perilaku Anjing dan Artinya yang Perlu Pet Lovers Pahami, Kenali Bahasa Tubuhnya!

4. Perubahan pada Kulit dan Bulu

Kulit dan bulu adalah cermin kesehatan anjing. Bulu yang tiba-tiba rontok berlebihan, muncul ketombe, atau ada bagian kulit yang memerah dan gatal bisa jadi tanda anjing sakit alergi, infeksi jamur, atau parasit seperti tungau.

Selain itu, kulit yang terasa panas di satu area tertentu juga bisa jadi tanda adanya peradangan. Coba periksa tubuh anjingmu dengan lembut sambil mengelus, kalau mereka bereaksi kesakitan saat kamu menyentuh bagian tertentu, bisa jadi ada luka atau infeksi di bawah kulit.

5. Mata dan Telinga Terlihat Berbeda

Mata anjing seharusnya jernih dan cerah. Kalau kamu melihat matanya mulai keruh, merah, sering berair, atau keluar cairan kekuningan, itu bisa jadi tanda infeksi atau masalah pada kornea. Beberapa jenis anjing memang rentan terhadap penyakit mata, jadi penting banget buat rutin memeriksa bagian ini.

Telinga pun sama pentingnya. Telinga yang kotor, berbau busuk, atau sering digaruk oleh anjing bisa mengindikasikan infeksi jamur atau bakteri. Kalau di biarkan, infeksi telinga bisa menyebar dan membuat anjing merasa sangat tidak nyaman, bahkan kehilangan keseimbangan.

6. Perubahan Pola Buang Air

Kamu mungkin tidak terlalu memperhatikan hal ini, tapi kotoran dan urin anjing bisa memberikan banyak informasi tentang kesehatannya. Kalau kotoran mereka terlalu cair, mengandung darah, atau warnanya berubah drastis, bisa jadi pertanda gangguan pencernaan atau infeksi parasit.

Urin yang terlalu sedikit, berwarna pekat, atau berdarah juga bisa menunjukkan adanya masalah pada ginjal atau kandung kemih. Perhatikan juga frekuensi mereka buang air kecil, kalau terlalu sering atau justru jarang, sebaiknya segera bawa ke dokter hewan.

7. Perilaku Aneh atau Agresif Tiba-tiba

Anjing yang biasanya manja tapi tiba-tiba jadi sensitif, menggonggong berlebihan, atau menolak di sentuh bisa jadi sedang merasakan sakit. Banyak pemilik yang salah paham, mengira anjingnya “berubah perilaku,” padahal sebenarnya ia sedang kesakitan dan nggak bisa mengungkapkannya dengan cara lain.

Rasa sakit kronis atau gangguan saraf bisa membuat mereka frustrasi, dan itu muncul dalam bentuk perilaku agresif atau cemas. Jadi, kalau kamu melihat anjingmu tiba-tiba jadi mudah marah atau takut, jangan langsung memarahinya namun perhatikan dulu kondisi fisiknya.

Kapan Harus Membawa ke Dokter Hewan?

Kuncinya adalah jangan tunggu gejala parah baru bertindak. Kalau kamu melihat dua atau lebih tanda anjing sakit terjadi bersamaan, itu sudah cukup jadi alasan untuk memeriksakan anjingmu ke dokter hewan.

Anjing tidak bisa bicara untuk bilang kalau mereka sakit, tugas kita sebagai pemilik adalah menjadi peka dan memperhatikan hal-hal kecil yang mungkin tampak “biasa.” Dengan mengenali tanda-tanda ini lebih cepat, kamu bisa menyelamatkan nyawa sahabat berbulu kesayanganmu.

Menjadi pemilik anjing bukan cuma soal memberi makan dan bermain bersama, tapi juga memahami mereka tanpa kata. Perubahan kecil dalam perilaku atau fisik bisa jadi cara anjingmu “berbicara” kalau mereka sedang nggak baik-baik saja.

Mulai sekarang, coba perhatikan lebih detail seperti napasnya, matanya, bulunya, bahkan cara dia tidur. Karena semakin cepat kamu sadar, semakin besar kemungkinan anjingmu bisa pulih lebih cepat dan kembali ceria seperti biasanya.

Sterilisasi untuk hewan peliharaan

Panduan Sterilisasi dan Manfaatnya untuk Hewan Peliharaan

Pentingnya Sterilisasi untuk Hewan Peliharaan

Sterilisasi atau kastrasi menjadi salah satu tindakan medis penting bagi kucing, anjing, dan hewan peliharaan lainnya. Sterilisasi untuk hewan peliharaan membantu mencegah kehamilan yang tidak diinginkan sekaligus mengurangi risiko beberapa penyakit.

Selain itu, tindakan ini juga berperan dalam pengendalian populasi hewan liar dan domestik. Hewan peliharaan yang disterilkan biasanya memiliki perilaku lebih tenang dan lebih mudah dikontrol oleh pemiliknya.

Manfaat Sterilisasi untuk Hewan Peliharaan

Sterilisasi membawa banyak manfaat bagi kesehatan dan perilaku hewan:

1. Mengurangi Risiko Penyakit

Dengan melakukan sterilisasi untuk hewan peliharaan, risiko kanker reproduksi, infeksi rahim, dan tumor pada ovarium atau testis berkurang drastis. Bagi kucing dan anjing betina, sterilisasi dapat mencegah pyometra, yaitu infeksi rahim yang berpotensi fatal.

2. Perilaku Lebih Tenang

Hewan yang disterilkan biasanya lebih tenang dan jarang menunjukkan perilaku agresif atau gelisah. Mereka cenderung tidak mengembara mencari pasangan, sehingga aman untuk lingkungan sekitar.

3. Pengendalian Populasi Hewan

Sterilisasi membantu mengurangi populasi hewan liar dan peliharaan yang tidak terkontrol. Dengan begitu, jumlah hewan terlantar di jalanan bisa berkurang, dan kesehatan hewan lebih terjaga.

4. Memperpanjang Umur Hewan

Hewan yang disterilkan cenderung hidup lebih lama karena risiko penyakit tertentu menurun. Selain itu, mereka lebih jarang mengalami cedera akibat perkelahian atau melarikan diri saat mencari pasangan.

Baca Juga: Panduan Vaksinasi Kucing dan Anjing Sesuai Usia

Persiapan Sebelum Sterilisasi

Sebelum melakukan tindakan medis ini, pemilik hewan perlu mempersiapkan beberapa hal:

  1. Konsultasi dengan dokter hewan: Diskusikan usia, kondisi kesehatan, dan metode sterilisasi yang paling sesuai.

  2. Puasa makanan: Biasanya hewan perlu berpuasa beberapa jam sebelum operasi untuk mengurangi risiko muntah saat anestesi.

  3. Persiapan mental: Pemilik harus siap mendampingi hewan setelah operasi dan memahami prosedur pemulihan.

Dengan persiapan yang tepat, sterilisasi untuk hewan peliharaan dapat berjalan lancar dan minim risiko komplikasi.

Prosedur Sterilisasi

Sterilisasi dapat dilakukan melalui prosedur bedah, yaitu kastrasi untuk jantan dan ovariohisterektomi untuk betina.

  • Kucing atau anjing jantan: Dokter akan mengangkat testis melalui sayatan kecil. Prosedur ini relatif cepat dan pemulihan biasanya hanya beberapa hari.

  • Kucing atau anjing betina: Dokter mengangkat ovarium dan rahim. Pemulihan mungkin lebih lama dibanding jantan, namun manfaat jangka panjangnya besar.

Selain itu, beberapa klinik juga menawarkan metode non-bedah seperti injeksi hormon tertentu, meskipun metode ini jarang digunakan karena efek jangka panjang kurang stabil.

Perawatan Setelah Sterilisasi

Setelah operasi, perawatan pasca-sterilisasi sangat penting untuk mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan:

  1. Pantau luka operasi: Pastikan area sayatan bersih dan kering.

  2. Gunakan kerah pelindung: Agar hewan tidak menjilat atau menggaruk luka.

  3. Kontrol aktivitas: Batasi lari-lari atau lompat untuk menghindari stres pada luka operasi.

  4. Berikan obat sesuai resep dokter: Antibiotik atau analgesik membantu mencegah infeksi dan nyeri.

Dengan perawatan yang baik, hewan peliharaan akan cepat pulih dan kembali aktif.

Mitos dan Fakta Sterilisasi

Banyak pemilik hewan memiliki kekhawatiran sebelum melakukan sterilisasi. Berikut beberapa klarifikasi:

  • Mitos: Sterilisasi membuat hewan gemuk.
    Fakta: Kenaikan berat badan tergantung pola makan dan aktivitas, bukan sterilisasi.

  • Mitos: Sterilisasi mengubah perilaku hewan secara drastis.
    Fakta: Sterilisasi cenderung menenangkan perilaku agresif dan gelisah, bukan mengubah karakter dasar hewan.

  • Mitos: Sterilisasi hanya untuk hewan betina.
    Fakta: Hewan jantan juga mendapat manfaat kesehatan dan perilaku dari sterilisasi.

Manfaat Jangka Panjang Sterilisasi

Tindakan sterilisasi untuk hewan peliharaan membawa manfaat jangka panjang:

  • Mengurangi risiko penyakit serius reproduksi.

  • Mengurangi perilaku agresif atau melarikan diri.

  • Membantu pemilik mengontrol populasi hewan peliharaan.

  • Memperpanjang umur dan kualitas hidup hewan.

Selain itu, hewan peliharaan yang sehat dan tenang lebih mudah berinteraksi dengan manusia dan hewan lain di sekitar mereka.

Vaksinasi Kucing dan Anjing

Panduan Vaksinasi Kucing dan Anjing Sesuai Usia

Pentingnya Vaksinasi Kucing dan Anjing

Memelihara kucing atau anjing tidak hanya tentang memberikan kasih sayang, tapi juga menjaga kesehatannya. Vaksinasi kucing dan anjing merupakan langkah penting untuk mencegah berbagai penyakit serius seperti rabies, distemper, dan parvovirus.

Selain menjaga kesehatan hewan, vaksinasi juga melindungi pemilik dari risiko penularan penyakit zoonosis. Dengan vaksinasi yang tepat, kamu bisa memastikan hewan peliharaan tetap aktif, sehat, dan aman untuk lingkungan sekitar.

Jenis Vaksin untuk Kucing dan Anjing

Vaksinasi untuk hewan terbagi menjadi vaksin dasar (core vaccines) dan vaksin tambahan (non-core vaccines), di sesuaikan dengan kebutuhan dan risiko lingkungan hewan.

Vaksin Dasar untuk Anjing

  • Distemper: Melindungi sistem pernapasan dan pencernaan dari virus berbahaya.

  • Parvovirus: Sangat penting untuk anak anjing agar terhindar dari infeksi usus yang berpotensi fatal.

  • Rabies: Wajib di berikan karena rabies bisa menular ke manusia.

  • Hepatitis Canine: Mencegah infeksi hati yang dapat membahayakan anjing.

Vaksinasi Dasar untuk Kucing

  • Panleukopenia: Mencegah penyakit virus yang fatal, khususnya pada anak kucing.

  • Calicivirus & Herpesvirus: Menjaga saluran pernapasan agar tetap sehat.

  • Rabies: Diberikan terutama untuk kucing yang sering keluar rumah.

Vaksin Tambahan

Vaksinasi tambahan bisa di berikan jika hewan tinggal di lingkungan berisiko atau sering berinteraksi dengan hewan lain:

  • Bordetella (batuk kennel untuk anjing)

  • Leptospirosis (anjing)

  • Feline leukemia (kucing)

Jadwal Vaksinasi Sesuai Usia

Menyesuaikan jadwal vaksinasi dengan usia hewan penting untuk efektivitas imunisasi.

Anak Anjing dan Anak Kucing

  • 6–8 minggu: Dosis pertama vaksin dasar.

  • 10–12 minggu: Dosis kedua untuk memperkuat kekebalan.

  • 14–16 minggu: Dosis ketiga, termasuk vaksin rabies.

Hewan Dewasa

  • Anjing dan kucing di atas 1 tahun perlu booster untuk menjaga kekebalan.

  • Booster di lakukan setiap 1–3 tahun, tergantung jenis vaksin dan saran dokter hewan.

Mencatat semua jadwal vaksin dan jenis vaksin membantu memastikan booster tidak terlewat.

Persiapan Sebelum Vaksinasi

Beberapa langkah penting sebelum melakukan vaksinasi kucing dan anjing:

  1. Periksa kondisi kesehatan hewan: Pastikan hewan tidak sakit atau demam.

  2. Pemberian makanan: Memberikan makanan ringan sebelum vaksinasi menjaga energi hewan tetap stabil.

  3. Dokumentasi kesehatan: Bawa catatan vaksin sebelumnya untuk referensi dokter hewan.

Persiapan ini meminimalkan risiko efek samping dan membuat vaksin bekerja lebih efektif.

Baca Juga: 8 Klinik Hewan Terbaik di Indonesia dengan Layanan Lengkap

Prosedur Vaksinasi Aman

Vaksinasi biasanya di lakukan oleh dokter hewan. Berikut tips agar proses berjalan aman dan nyaman:

  • Pastikan hewan berada dalam kondisi tenang saat di suntik.

  • Gunakan alat suntik steril dan dosis sesuai rekomendasi dokter.

  • Amati hewan selama 24–48 jam setelah vaksinasi untuk mendeteksi reaksi ringan.

Reaksi normal bisa berupa bengkak di tempat suntik atau demam ringan. Segera hubungi dokter jika muncul muntah, diare, atau kesulitan bernapas.

Manfaat Jangka Panjang Vaksinasi

Rutin melakukan vaksinasi membawa banyak manfaat:

  • Hewan lebih sehat dan aktif karena sistem kekebalan tubuh terjaga.

  • Biaya perawatan menurun karena penyakit serius dapat di cegah.

  • Hewan memiliki umur lebih panjang dan kualitas hidup lebih baik.

  • Lingkungan sekitar lebih aman karena risiko penularan penyakit berkurang.

Tips Merawat Hewan Setelah Vaksinasi

  1. Pemeriksaan rutin: Lakukan kontrol setiap 6–12 bulan untuk memantau kesehatan hewan.

  2. Catat jadwal vaksin: Gunakan kalender atau aplikasi pengingat booster.

  3. Nutrisi seimbang: Memberikan makanan berkualitas mendukung kekebalan tubuh.

  4. Kebersihan lingkungan: Bersihkan kandang, tempat makan, dan mainan untuk mencegah infeksi.

Kesalahan Umum Pemilik Hewan

Beberapa kesalahan sering terjadi saat vaksinasi:

  • Menunda vaksinasi karena takut efek samping.

  • Tidak mencatat jadwal booster sehingga kekebalan menurun.

  • Memberikan vaksin saat hewan sedang sakit.

  • Tidak berkonsultasi dengan dokter hewan untuk vaksin tambahan sesuai risiko lingkungan.

Menghindari kesalahan ini memastikan vaksinasi berjalan efektif dan hewan tetap sehat.

Powered by WordPress & Theme by Anders Norén